Santri, Generasi Penerus Kebanggaan Bangsa

Santri, Generasi Penerus Kebanggaan Bangsa

Menjadi santri bukanlah aib, jelas-jelas bukan. Masih terdengar nada-nada sumbang di minoritas masyarakat ketika mendengar seorang anak yang dipesantrenkan; “Anaknya kok dimasukkin ke pesantren? Nakal ya?” “Aduh sayang, Bu, anak satu-satunya dipesantrenin, kalo saya mau saya sekolahkan ke sekolah bagus biar sukses.” “Iya sih, ke pesantren bagus, tapi nanti susah lho lanjutin kuliahnya, dapet kerjanya.” Bahkan ada yang paling ekstrim, “Awas lho dipesantrenin nanti anaknya jadi radikal”

Anggapan-anggapan tersebut masih benar-benar ada. Padahal, santri justru memiliki nilai plus bila dibandingkan dengan generasi seusianya.

Begitu banyak sisi positif yang bisa dilihat, alih-alih menganggap santri sebagai pribadi yang dibentuk menjadi anti-sosial atau sempit wawasannya.

Santri tidak melulu mempelajari ilmu-ilmu agama, melainkan juga ilmu sains, sosial, bahasa, bahkan ilmu-ilmu kehidupan, karena hakikatnya, pondok pesantren adalah miniatur masyarakat, dimana di dalamnya juga belajar berorganisasi dan bersosialisasi; kemandirian, tenggang rasa, empati, saling menghargai, hidup rukun, dan lain sebagainya.

Santri memang tidak bisa bergaul dengan bebas, tetapi bukan berarti tidak boleh bergaul dengan siapa saja, melainkan seorang santri harus bisa memilih pergaulan mana yang membawanya pada manfaat, dan mana yang tidak. Artinya, ketika bahkan dia masuk pada pergaulan yang dirasa kurang baik, maka dia harus bisa menjadi atau mengambil manfaat dari pergaulan tersebut.
Santri juga tidak anarkis, bukan perusak apalagi limbah. Bahkan sepanjang sejarah, justru santrilah yang menjadi tonggak kemerdekaan bangsa ini.
Santri bukanlah tunas-tunas radikalisme, santri mempelajari Al-Qur’an, yang jelas-jelas kitabullah, adakah kebenaran yang lebih benar dari firman-Nya yang Maha Benar? Ketika ada sebuah pernyataan yang menuduh itu sebagai sesuatu yang salah, maka pernyataan tersebutlah yang mestinya dipertanyakan.

Lantas, ketika ada anggapan menjadi santri tidak bisa sukses atau pun sulit melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih baik, maka mungkin kita harus bertanya pada ribuan orang yang telah membuktikan, bahwa anggapan ini jelas sangatlah salah. Lagipula, dangkal sekali jika kesuksesan duniawi dibandingkan dengan kesuksesan yang paling hakiki, sukses meraih ridha dan surga-Nya kelak.

Jadi, sangat pantas kiranya, jika kita memberikan label positif kepada santri. Santri tidak identik dengan kegagalan, santri merupakan generasi penerus yang berkualitas, terbentuk matang dari sisi emosional, spiritual, maupun intelektual. Santri, generasi penerus bangsa yang patut dibanggakan.

Penulis : Novita Nurul Fauziyah, S.Pd

Leave a Reply